Kamis, 06 Maret 2014

I lost the Eifel Tower



Aku masih bermimpi. Aku tak ingin terjaga.
Jika indahmu bisa kurengkuh. Jika pesonamu bisa kutatap semauku.
Aku masih akan terus berangan. Dalam bayang kesilauan dunia metropolitan.
Aku akan berdiam disini. Duduk di kursi taman ini. Memandang keindahanmu dari tepi jalan.
Ingin rasanya ku menuju ke puncak. Tapi saat aku di puncak, maka indahmu tak lagi dapat kulihat.
Keindahan lainlah yang akan nampak.
Aku tak ingin keindahan lain mengusik mataku.
Aku ingin terus memandang pesonamu. Dalam termangu.
Saat kubuka mata. Segala keindahan telah hilang. Tergantikan gelap yang suram.
Kemana perginya Eifel yang cantik di hadapanku tadi?
Semua hanya semu
Sadari bahwa tak cukup dengan mimpi akan kugapai keindahan itu.
Ini saatnya bangun. Membangun diri. Membangun jembatan tercepat menuju Eifel.
Akan kulihat pesonanya yang nyata. Dengan hawa syahdu menyentuh jiwa.
Tak kan henti sepanjang malam. dengan kilau lampu Kota Paris.
Aku akan kesana. Dengan sederet mimpi yang ku tata.
Aku akan kesana. Dengan perjuangan. Dengan keringat. Dengan jerih payahku sendiri.
Hanya aku, Eifel, dan entah siapa.

0 komentar:

Posting Komentar